Kamis, 10 Januari 2013

Apalah ini...


Kutatap  ia yang kini tengah bersinar.
Terang sekali sampai aku tak mampu menepis kemilaunya.
Menyusup menembus beningnya, sekedar mencuri segenggam cahaya.
Walau setitik saja yang mampu ku ikat.
Apalah ini..
Tak ada artikah rajutan mimpi yang telah kita sulam kemarin?
yang kita sepakati dengan sebuah nama.
Nama yang mampu menerbitkan merah yang terus merekah.
Menjelma bersama desiran lembut menghempas kisah.
Kisah kau dan aku terbingkai kaca yang tak pernah kubiarkan usang.
Namun apalah ini..
Aku tak lagi mampu membaca nyanyian inginmu.
Atau sekedar menggambar awan di matamu.
Derap tarianmu pun tak lagi mampu kudengar.
Entah apalah ini..
Mungkin kau bosan menggandeng mimpi.
Atau enggan meloncat tinggi.
Kan ku biarkan kau terbang menepis angin.
Datanglah  saat kau ingin berpijak meraih langit.

Devia,
at lovely kost, 10 Januari 2013 21:54

Senja



Senja ini, pelataran mulai tampak menguning.
Bertemankan angin meliuk, menyapa reranting.
Memejamkan mata membiarkan lelah ini menguap bersama resah.
Aku mulai merasakan damai.
Damai yang tak mampu dieja dengan kata-kata.
Sang pena mulai menari, meliuk menjejakkan hitam.
Namun jejaknya tak lagi indah.
 Atau memang hitam tak pernah indah?  Ah.. hitam hanyalah warna.
Hitam tak pernah salah,
hanya aku yang tak pandai merangkai diksi.
Ia tak lagi menjelma menjadi kata-kata indah pengurai resah.
Hanya mampu menyisakan coretan kata tak beraturan.
Memori usang tak mampu  hadirkan rindu,
sesal menyeruak menyesak dada yang tak lagi berongga.
Imajinasi terus bergelut tanpa makna.
Menyirat amarah tanpa arah.
Biarlah, ini hanya sementara.

Melepas senja, 10 Januari 2013  18:05  

Waktuku..


Sayup lirih menggoda
Menyentuh sudut hati sang pendosa
Irama lembut kalam pencipta
Merayu luluh kerasnya jiwa
Dalam senyap tak ada kata
Mungkin senja telah menarik asa
Memandang cermin menantang pelita
Menepis resah diujung kelam
Semburat lelah menyembul rindu harum penyesalan
Dalam sujud tersungkur, mengendap menelisik ruang berdebu
Teracuh menantang setan terbahak menantang pongah
Menggenggam waktu dalam kebodohan
Sesak menyeruak meraih detik terabaikan . . .

IR 46 boarding house, 10 jan 2013 12:59

Senin, 07 Januari 2013

Dua Ukhti lagi Ngobrol


Si A : “Ukhti…Kenapa kamu tidak berjilbab?”

Si B : “Ah…Suka2 saya. Walaupun tidak berjilbab, yang penting kan hatinya!!”

Si A : “Berarti kalo ada orang yang gak mau shalat, gak mau puasa, gak mau zakat, gak mau sedekah, gak mau berbakti kpd orgtua, dll, boleh donk??? Kan yg penting hatinya???…Si B : “Beda itu!…Byk wanita yg gak berjilbab tapi hatinya baik, dan byk juga wanita yg berjilbab tap
i hatinya buruk!

Si A : “Itu gak beda, karena sama2 perintah Allah. Jilbab itu aplikasi dari ketaatan kita dalam beragama. Bagaimana bisa dikatakan hatinya baik jika dia durhaka kpd Allah? Seorang anak yang durhaka kepada orang tua saja dikatakan hatinya buruk, apalagi yang durhaka kepada Allah? Bukankah banyak juga wanita yang berjilbab tapi hatinya baik, dan banyak juga wanita yang gak berjilbab tapi hatinya buruk??”

Si B : “Ya udah…itu terserah saya! Saya mau menjilbabkan hati dulu!!!”

Si A : “Emang hati bisa dijilbabin? Beli dimana jilbabnya nanti? Jadi kalo ada laki2 yang disuruh memelihara jenggot, bisa2 dia nanti bilang: ‘Saya mau jenggotin hati dulu!’Hehehehe…”

Si B : (kabuurrr….)

copy dari blog tetangga :D